Sunday, 7 July 2013

I know I'm Late to Regret All of I've Done to You, Honey

PLAK!!!
"UANG INI KUAMBIL!" Sore itu, kutampar istriku sambil merebut kantong uang yang ia sembunyikan di tumpukan baju-bajunya dalam lemari.
"Jangan, Pak!!! Itu uang untuk membayar hutang Bapak pada tetangga kemarin" istriku memelas sambil memegangi kantong uangnya yang sukses kurebut darinya.
"Halah! Kamu bisa dapat uang lagi kan?! Aku mau pakai uang ini untuk judi. Aku yakin hari ini hari keberuntunnganku!"
"Kumohon, Pak! Jangan berjudi lagi. Kita sudah habis uang banyak karena Bapak berjudi terus. Bekerjalah, Pak! Kerja yang halal, TUHAN tidak akan tinggal diam menolong hambaNYA, Pak. Kumohon" nasehat istriku sambil melinangkan air mata.
"TUHAN?! Kamu masih percaya TUHAN dengan keadaan kita yang miskin seperti ini?! persetan dengan semuanya itu!" bentakku keras di wajahnya.
"sekarang... MINGGIR KAU!"
BRAK!!!

istriku terlempar cukup keras menghantam tembok beton di belakangnya setelah kutendang dia. Lalu aku berlari cepat meninggalkannya.

Lalu tengah malam aku baru pulang rumah dan istriku masih terbangun menunggu kepulanganku.
"Pak... Minum dulu, Pak" katanya lembut menyodorkan segelas air putih padaku.
"GA PERLU!" bentakku keras padanya.
"Minumlah, Pak... Supaya menetralkan alkohol yang Bapak minum"
"A-KU TI-DAK MA-BUK!" aroma alkohol dari mulutku kuhembuskan persis di depan wajahnya.
"Ga apa-apa tidak mabuk pun, harus minum air putih supaya sehat, Pak" bujuknya lembut.
PRANG!!!
"Aku mau tidur saja sekarang!" aku beranjak pergi setelah kupecahkan gelas yang dibawakan oleh istriku.
Kulirik sedikit dia berjongkok membersihkan serpihan gelas kaca di lantai yang basah, Ya... Sebasah pipinya oleh air mata.

Setelah beberapa lama aku berbaring, terlintas pikiran bahwa memang betul kata istriku kalau aku harus bekerja. Tapi bisa apa aku?! Aku cuma lulusan SMA tidak seperti istriku lulusan D3 keperawatan. Aku sudah dipecat dari pekerjaan lamaku tahun lalu, tepat 4 tahun pernikahan kami.
Saat anak kami harus mulai bersekolah. Tapi aku tidak pernah mendapatkan pekerjaan lagi. Aku putus asa, berjudi dan mabuk-mabukan.

Tiba-tiba kulihat istriku masuk ke kamar, aku pura-pura tidur sambil mengintip apa yang dilakukannya.
Istriku naik kursi dan meletakkan sebuah kantong kain lusuh di atas lemari baju satu-satunya di kamar kami. Aku langsung tahu bahwa itu adalah UANG!

Tebersit ide aku harus mencari pekerjaan di kota besar!
Lalu kutunggu istriku tertidur. Dan saat itu kucuri uang persembunyian istriku, malam itu juga aku minggat dari rumah tanpa pamit. Aku berangkat ke Surabaya kutinggalkan keluargaku.

Keesokan paginya aku menelpon temanku yang kebetulan bekerja di Surabaya.
"Hei, Bro! Aku sekarang di Jakarta nih! Bantu cari kerjaan dong!" kataku pada temanku.
"Lho, Bim?! Ndadak amat sih?!" suara orang dari seberang telepon.
"Halah! Kayak ga seneng dikunjungi teman lu, Don."
"Bukan gitu, Bro. Setidaknya kabarin dulu kek. Ya sudah, aku coba bantu cari kerjaan buat kamu nanti."
"Sip deh..."
"Tapi kamu tinggal di mana?" kata Doni, temanku.
"Belum tahu nih, masih barusan datang ini" kataku kebingungan karena tidak ada persiapan.
"Ya elah, Bim! Dah! Elo tinggal di kost gue dulu deh sementara, kebetulan kost gue masih cukup kok untuk nampung 1 orang lagi tidur"
Sejak itu aku tinggal di kost Doni dan Doni membantuku mencari pekerjaan.
Akhirnya aku bekerja di sebuah supermarket 24 jam tapi aku bosan sekali bekerja di sana.
Tidak sampai 1 bulan aku sudah keluar kerja.
Setelah 3 bulan aku di Surabaya, aku sudah pindah kerja sebanyak 5 kali. Tidak ada yang cocok.

Tiba-tiba Yono, teman Doni, menelponku.
"Hei, Bim. Kamu katanya cari kerjaan ya? Mau kerja bareng aku?"
Aku langsung meng-iya-kan karena kami sudah akrab sejak pertama kali aku dikenalkan oleh Doni.
Yono mulai berbisnis narkoba denganku. Uangku jadi berlimpah semenjak aku membantunya menjadi pengedar narkoba.


Aku bisa menikmati kenikmatan duniawi di Surabaya dengan bebas. Minuman beralkohol berbagai merk terkenal sudah kucoba semua, wanita-wanita cantik banyak yang mengejarku dan kutiduri.
Kehidupanku berubah total, penuh pesta anggur dan sex.

Hingga pada suatu titik balik, Polisi mengedus bisnis kami yang mengarahkanku untuk duduk di kursi terdakwa.
"Saudara Bima, Anda dinyatakan bersalah dengan dakwaan mengedarkan narkoba dan dijatuhi hukuman kurungan penjara selama 3 tahun!"
Begitulah yang diputuskan oleh hakim padaku.



Menjelang akhir masa hukumanku, aku mulai merindukan istriku, keluargaku, kampung halamanku.
Kuputuskan menulis surat untuk istriku.

"Untuk Ferina istriku, (Jika kau masih menganggap aku sebagai suamimu)
Aku tidak tahu apa yang harus kutuliskan di surat ini untukmu setelah aku meninggalkanmu begitu saja bertahun-tahun lalu.
Aku hanya tahu bahwa apa yang telah kulakukan padamu selama ini sangatlah keterlaluan dan bahkan mungkin sudah sangatlah terlambat jika aku menyesali semua itu.
Tetapi aku benar-benar menyesali semua yang telah kuperbuat kepadamu dan anak kita.
Aku sangat berharap mempunyai kesempatan jika aku dapat kembali hadir di tengah-tengah kalian untuk menebus semua dosaku dan memperbaikinya.
Aku sekarang mengerti betapa besarnya cintamu padaku dulu, tapi aku selalu menyakitimu dan anak kita.
Ferina yang kusayang, kau tidak perlu menungguku.
Namun jika aku masih memiliki tempat di hatimu, sudikah kau nyatakan? Jika memang kau masih menerimaku kembali padamu, gantungkanlah sebuah boneka manusia hujan dari kain warna kuning di depan pintu masuk rumah.
Apabila saat aku tiba di rumah dan tidak menemukan sebuah boneka manusia hujan yang dulu pernah kita buat bersama, tidak apa-apa. Aku bisa memahaminya. Aku akan pergi ke kota lain dan aku berjanji, aku tidak akan pernah lagi mengganggumu dan anak kita seumur hidupku.
Salam Cintaku,
Bima, Suamimu"

Tibalah hariku menikmati udara di luar penjara.
Aku tidak pernah menyangka hari ini adalah hari yang paling menakutkan seumur hidupku. Aku takut ditolak... YA!!! Aku takut dibuang... 
Dengan rasa takut yang mencekam, aku pun melangkah ragu ke arah rumahku.
Berjalan kaki sendiri menyusuri rumah-rumah kecil yang berdempetan, diiringi oleh puluhan mata kebencian dan suara gerutu para tetanggaku, menambah perasaan gugup dan gelisah yang sudah kuderita sejak tadi pagi.

Hatiku berdebar-debar saat tinggal beberapa langkah lagi aku akan memasuki jalanan rumahku.
Aku tidak berani mengangkat kepalaku.
Keringat dinginku mengucur deras di bawah terik matahari.
Hingga akhirnya aku sampai di depan pintu masuk rumahku.
Kutengadahkan kepalaku untuk melihat daun pintu rumahku dan sekelilingnya.
Air mataku mulai menetes.

Aku tidak melihat sebuah boneka manusia hujan dari kain kuning.,,

Tidak ada sebuah boneka manusia hujan dari kain kuning...

Tidak ada sebuah...

Melainkan puluhan... Atau mungkin bahkan ratusan buah boneka manusia hujan dari kain kuning...
Bergantungan penuh di atas daun pintu rumah kami...
OoOhH!!! Pintu dan Jendela rumahku pun dipenuhi oleh gantungan boneka manusia hujan dari kain kuning!!!


Aku tahu aku terlambat untuk menyesali semua yang telah kuperbuat padamu, Istriku sayang...

Tapi Kau adalah satu-satunya Istriku yang berhati besar dan penuh kasih yang tak akan pernah dapat tergantikan oleh apapun juga di dunia ini...


Aku berjanji, aku tidak akan pernah menyesal lagi, karena aku tidak akan pernah menyakitimu lagi...

No comments: